Kamis, 26 November 2015

Ano hito..

At the end of life, no one will know what will happen, they feel, and how to face it?

Setelah akhirnya menginjak pengunjung bulan Nopember, yang masih tersisa beberapa hari lagi. Ia memutuskan untuk menulis segurat kisah yang mungkin tak tersampaikan dan tidak bisa ia ceritakan dengan siapapun. Namun dengan blogging, ia merasa cukup lega. At least, meski tidak tersampaikan semuanya.. ia senang berbagi cara bagaimana untuk tetap tersenyum dan merasa bahagia meskipun tidak sesuai dengan apa yang dirasakan. Yup! Pretend like there's nothing happen which can make you sad.

Ada banyak kisah yang tercipta, hari demi hari. Waktu demi waktu, namun.. tidak semuanya bisa diucapkan kembali. Adakalanya hanya bisa diungkapkan dengan ekspresi. Ya.. mungkin hanya ada 2 pilihan, kebahagiaan atau kesedihan?

Sekarang, musim penghujan telah tiba. Tak sedikit suara berisik yang menyejukkan datang. Tak jarang suasana hati terlena dikala sendiri menghadapi kesunyian dan kerinduan. Namun, tak banyak yang dapat dilakukan. Mungkin sebagian dari mereka memilih utntuk tertidur lelap, dan sebagiannya lagi mendengar dengan hikmat. Merenung kisah-kisah dan pengalaman yang telah terjadi di masa lampau dan saat ini ketika baru saja mereka alami bahkan pada detik itu juga.

Hari itu, sebagian dari mereka juga merayakan. kebahagiaan saat-saat mengingat kembali bahwa kehidupanmu di dunia ini semakin berkurang. Satu yang dinanti, dari sebelum ia melewatinya hingga saat ini. Apakah orang itu mengingatnya? Bahkan sekedar ucapan pun sangat dinantikan. Namun, pupus sudah. Bahkan penantian hingga pada akhir hari itu pun tidak ada sedikitpun ucapan yang terucap darinya. Mungkin, orang itu lupa. Lupa seperti dulu yang pernah memberikan kejutan kecil atau sekedar bilang, "........................................ ya Sayang". Sedih? Iya. Tapi tetap positive thinking saja, mungkin namanya terucap disetiap doa orang itu.

Entah sudah berapa banyak momen yang hilang dari kehidupannya bersama orang itu, bahkan percakapan di antara mereka pun bisa dihitung dengan hitungan jari. Entah apa yang membuat mereka begitu terlihat seperti ada tembok dan penghalang sehingga untuk sekedar bercanda pun sekarang sudah tidak memungkinkan lagi.

Berapa banyak yang membanggakan orang yang bersama mereka, berapa banyak mereka mengumbar kemesraan kepada dunia bahwa mereka memang hidup dengan harmonis dengan orang yang mereka gelar dengan sebutan itu, dan entah berapa banyak kecemburuan yang ia rasa ketika melihat mereka begitu dekat dan akrab dengan orang itu, hingga ia hanya ingin meluapkan semua keluh kesah yang ada dan menjelaskan pada orang itu, bahwa "Aku juga ingin seperti mereka, hidup dengan kebahagiaan dan tanpa ada jurang yang terasa begitu dalam. Terpisah terasa begitu jauh, padahal begitu dekat. bahkan sangat dekat".

Maukah? Ano hito... onegai..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar